Sabtu, 19 Mei 2012


TINJAUAN SEKTOR PERIKANAN 2011-2012


makalah 


nama:  Tricia Margareth
nim : 27211185 

Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi 




I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
 Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal, 2006). Total luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km2 (Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar 70% dari wilayah Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia.
Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa :
1.      Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas.
2.      Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.
3.      Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan
4.      Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini melihat peran sektor perikanan dalam perekonomian dan penyerapan tenaga kerja Indonesia dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana fitur perikanan saat ini .
2.      Bagaimana peran sektor perikanan  ke belakang (backward linkage) dalam perekonomian Indonesia.
3.      Bagaimana dampak struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen).
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini antara lain adalah:
·         Menganalisis fitur perikanan saat ini .
·         Menganalisis peran sektor perikanan ke belakang (backward linkage) dalam perekonomian Indonesia.
·         Menganalisis dampak struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Konsep dan Definisi
1.      Berdasarkan UU 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
2.       BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009, yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting), moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air tawar.
Sumber daya perikanan termasuk kepada kelompok sumber daya alam yang dapat diperbaruhi (renewable source). Meskipun demikian dalam pemanfaatan sumber daya ini harus rasional sebagai usaha untuk menjaga keseimbangan produksi dan kelestarian sumber daya. Hal ini perlu adanya penegasan karena sumber daya perikanan merupakan sumber daya milik bersama (common property resources) sehingga tidak ada larangan bagi siapapun untuk memanfaatkannya.
Secara garis besar, sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui penangkapan ikan (perikanan tangkap) dan budidaya ikan.
Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di atau dekat dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu jenis sumber daya ikan yang hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber daya ikan pelagis besar, yaitu jenis ikan oceanik seperti tuna, cakalang, tenggiri dan lain-lain; (4) sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda laut.
Sedangkan potensi pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan pada (1) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan, moluska dan rumut laut; (2) budidaya air payau; (3) air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa), kolam air tawar dan mina padi sawah.
Melihat keadaan sumberdaya perikanan Indonesia khususnya perikanan tangkap, telah mengalami over fishing pada beberapa daerah dan adanya tren penurunan dari produksi perikanan tangkap dunia, maka dalam pembangunan perikanan Indonesia kedepan lebih memfokuskan kepada peningkatan produksi di perikanan budiaya. Hal ini terlihat pada trilogi pembangunan perikanan Indonesia yaitu (1) kendalikan perikanan tangkap; (2) kembangkan perikanan budidaya; (3) tingkatkan mutu dan nilai tambah. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan terintegrasi dan konvergen untuk membangun ocean economic dalam 3 pilar (a) national ocean policy, (b) national ocean economic policy, dan (c) national ocean governance.
III. ISI
3.1. Fitur Perikanan Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan, 70% wilayahnya  lautan.  Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan industri perikanan. Indonesia termasuk tiga besar dalam memproduksi ikan  setelah China dan Peru,  dengan perbedaan angkanya masih sangat jauh. China memproduksi sekitar 14,8 juta ton sementara Indonesia hanya 5 juta ton. Apalagi meski termasuk tiga besar dalam produksi ikan, Indonesia tidak termasuk  dalam lima besar pengekspor ikan, bahkan kalah dibanding dengan Vietnam dan Thailand. Nilai ekspor ikan Indonesia “hanya” sekitar  US $ 2,9 juta.
Dari data tersebut sepintas sepertinya sebagian besar ikan produksi Indonesia dikonsumsi sendiri oleh rakyat Indonesia, namun kenyataannya tidak demikian karena konsumi makan ikan rakyat Indonesia jauh lebih rendah dibanding negara lain di ASEAN. Hal tersebut tentunya disebabkan karena banyaknya jumlah penduduk Indonesia. Lebih gawat lagi industri perikanan kaleng kesulitan mencari bahan baku ikan dan terdapat banyak syarat untuk dapat mengimpor ikan. Dari satu sisi regulasi tersebut bertujuan untuk melindungi para nelayan tradisional, namun di lain sisi regulasi tersebut kurang adil karena ikan dalam negeri tidak mencukupi untuk industri, impor bahan baku sulit dan produk ikan kalengan negara lain terutama China dan Asean yang memiliki perjanjian free trade dengan Indonesia masuk ke Indonesia tanpa hambatan Bea Masuk . Sudah seharusnya dan selayaknya pemerintah melindungi nelayan, peternak dan petani, namun demikian jika hanya dengan penetapan tarif Bea Masuk dan Larangan atau pembatasan impor sesungguhnya harus dibarengi dengan pembenahan sektor hulunya. Larangan dan batasan sering tidak berpengaruh positif kepada nelayan, petani, peternak akan tetapi justru berpengaruh negatif pada industri pemrosesannya.

Dari suatu diskusi tentang perikanan  terungkap bahwa permasalahan di perikanan di Indonesia bukan hanya sekedar Peraturan Menteri (permen) akan tetapi lebih pada kebijakan menyeluruh dari masalah perikanan,  hulu ke hilir. Dari kebijakan sampai implementasi dan pengawasannya. Diperlukan suatu Grand design pengembangan perikanan Indonesia.  Pembenahan harus dilakukan pada : Sektor Hulu (Penangkapan ikan), Sektor Hilir (pengolahan ikan), Perbaikan infrastruktur perikanan, Regulasi, Kelembagaan, Akses terhadap pembiayaan,  dan penguatan Pasar Dalam Negeri.
Permen Kelautan dan Perikanan,  No. 15/Men/2011 tentang beberapa persyaratan impor ikan sebenarnya dimaksudkan untuk mendukung  model kebijakan  perlindungan pada nelayan, dengan Permen tersebut maka volume ikan impor dapat diketahui dengan pasti. Namun terdapat pasal-pasal yang kurang mendukung industri pemrosesannya dan justru memberi peluang untuk pasar modern.  Dari diskusi terungkap bahwa pengawasan atas ikan impor masih lemah, sehingga akhirnya  terdapat penyalahgunaan kuota.
Menteri Kelautan dan Perikanan pada dasarnya sependapat bahwa industri perikanan harus mendapatkan kemudahan impor bahan baku. Dari kliping koran yang memuat hasil diskusi terungkap pula bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan sudah merencanakan Grand Design yang disebut Minapolitan dan Megaminapolitan  yang mengembangkan bersama usaha besar, menengah maupun usaha kecil dengan pola inti-plasma.
Pengawasan atas kebijakan tersebut juga perlu mendapat perhatian besar agar impor ikan tidak terdistorsi, misalnya ikan impor tidak ke industri akan tetapi langsung ke Pasar Modern. Bahkan juga disadari perlunya adanya kebijakan lain yang mendukung pengembangan industri perikanan tersebut, seperti kebijakan pembebasan Bea Masuk bahan baku, kebijakan  pendanaan dsb.  Industri perikanan ini menyerap banyak tenaga kerja dan juga meningkatkan ekspor serta konsumsi masyarakat. Jadi sudah selayaknya dibantu pengembangannya.
Di sisi lain pengembangan budi daya ikan juga sangat perlu dikembangkan sehingga industri perikanan tidak perlu impor lagi. Budidaya perikanan dengan peningkatan produksinya akan dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat baik langsung maupun melalui produk ikan hasil industri pengolahan ikan dalam negeri.
3.2. Peran sektor perikanan ke belakang (backward linkage) dalam perekonomian Indonesia.

Adanya kesalahan orientasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan Indonesia belum dapat mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada. Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai motor pengerak pembangunan nasional, sebagaimana terimplementasi pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, sudah merupakan suatu hal yang tepat.

Perhatikan data berikut ini .
Data 1.1. Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2009 (miliar rupiah)
Lapangan Usaha                2004             2005             2006             2007             2008        2009
3p&1k  *                        329.124,6      364.169,3     433.223,4                541.931,5   716.065,3   858.252,0
a.T. Bhn Makanan        165.558,2       181.331,6     214.346,3               265.090,9       349.795,0   418.963,9
b. Tanaman Perkebunan    49.630,9           56.433,7       63.401,4        81.664,0       105.969,3    112.522,1
c. Peternakan                     40.634,7          44.202,9      51.074,7        61.325,2         82.676,4    104.040,0
d. Kehutanan                     20.290
             22.561,8      30.065,7        36.154,1         40.375,1      44.952,1
e. Perikanan                      53.010,8          59.639,3      74.335,3        97.697,3       137.249,5     177.773,9
Produk Domestik Bruto             2.295.826,2    2.774.281,1  3.339.216,8   3.950.893,2   4.951.356,7  5.613.441,7


% PDB Perikanan Terhadap :
- Kelompok Pertanian            16,11        16,38            17,16               18,3         19,18           20,71
- PDB Total                             2,31           2,15            2,23                    2,47        2,77             3,17
 *3p&1k =Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Dapat dilihat bahwa kontribusi sektor perikanan Indonesia terhadap PDB nasional hanya mencapai 3,17% pada tahun 2008  tersebut masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan kontribusi Kelompok Pertanian yang mencapai 20,71 %  .

Meski demikian, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan di bidang perikanan. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009.

3.3. Dampak Struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen)

Data Struktur PDB menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen)
Jenis Pengeluaran                                                     2010           2011               TRIW I         TRIW IV  TRIW I 2012
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga             56,6           54,6               55,1               55,3           55,0
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah                       9,0              9,0                  6,8                11,7             7,0
3. Pembentukan Modal TetapBruto (PMTB)   32,1     32,0             31,1   33,8        31,8
4. Perubahan Inventori+Diskrepansi Statistik    0,6      3,0                 5,1   -1,0           6,2
5. Ekspor Barang dan Jasa                                         24,6               26,3            25,2              26,6      24,8
6. Dikurangi Impor Barang dan Jasa                       22,9               24,9              23,3 26,4        24,8
PDB                                                                                100,0           100,0            100,0              100,0          100,0
====================================================================================================

Selanjutnya bila dibandingkan struktur PDB menurut Pengeluaran triwulan I-2012 dengan
triwulan IV-2011, kecuali Komponen Perubahan Inventori, seluruh komponen PDB menurut
Pengeluaran mengalami penurunan. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga atas dasar
harga berlaku yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDB, yaitu sebesar 55,0 persen (triwulan
I-2012), sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2011 (55,3 persen).

Demikian halnya Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB), pada triwulan I-2012 dengan kontribusi masing-masing sebesar 7,0 persen dan 31,8
persen, juga mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang masing-masing
sebesar 11,7 persen dan 33,8 persen. Selanjutnya kontribusi Komponen Ekspor dan Impor Barang dan
Jasa pada triwulan I-2012 (masing-masing sebesar 24,8 persen 24,8 persen) juga mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV-2011, namun nilai nominal ekspor barang dan jasa
neto (ekspor dikurangi impor) masih menunjukkan nilai positif.





IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan                                                           
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas , dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      peningkatan produksi di bidang Budidaya perikanan dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, baik langsung maupun melalui produk ikan hasil industri pengolahan ikan dalam negeri. Selain itu, Budi daya ikan perlu dikembangkan sehingga industri perikanan tidak perlu impor lagi.
2.      Peran sektor perikanan dalam perekonomian Indonesia masih sangat kecil. Kontribusi sektor perikanan Indonesia terhadap PDB nasional hanya mencapai 3,17% pada tahun 2008  .

3.      Kontribusi terbesar dari komponen struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen) adalah pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan kemudian diikuti oleh komponen Pembentukan Modal TetapBruto (PMTB). Komponen Ekspor dan Impor Barang dan Jasa pada triwulan I-2012 mengalamipenurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV-2011, namun nilai nominal ekspor barang dan jasa neto (ekspor dikurangi impor) masih menunjukkan nilai positif.


4.2. Saran
1.      Dalam rangka meningkatkan peran sektor perikanan dalam perekonomian Indonesia dapat dilakukan dengan peningkatan dan pengembangan output sektor perikanan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan peningkatan investasi pada sektor perikanan terutama dalam kaitannya menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan usaha pada sektor perikanan. Dalam usaha untuk meningkatkan investasi pada sektor tersebut, harus diberikan berbagai kemudahan dalam melakukan investasi seperti keringanan dalam hal pajak dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang sering dipandang investor sebagai sektor yang beresiko tinggi dalam melakukan investasi.
2.      Untuk dapat memperoleh efek yang lebih besar dalam pengembangan sektor perikanan, harus memperhatikan sektor lainya yang ada kaitannya dengan sektor perikanan, sehingga pengembangan sektor perikanan dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
3.      Produk sektor perikanan selama ini lebih banyak dari perikanan tangkap dari pada perikanan budidaya, hal ini perlu dilakukan perubahan. Selain karena tren perikanan tangkap dunia yang mulai menurun seiring dengan peningkatan kegiatan perikanan tangkap dan terbatasnya daya dukung sumber daya perikanan tangkap dunia serta masih banyaknya potensi perikanan budidaya yang belum dimanfaatkan, maka pengembangan perikanan budidaya harus lebih difokuskan. Pengembangan perikanan budidaya yang lebih bersifat intensive (modern), dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan, harus lebih ditekankan agar dapat mempercepat pertumbuhan sektor perikanan.
4.      Perlunya peningkatan pengawasan pengelolaan sumber daya ikan terutama yang terkait dengan kegiatan Illegal, Unreported dan Unregulated Fishing (IUU Fishing). Selain itu informasi terkait dengan dampak IUU Fishing secara menyeluruh masih kurang sehingga perlu dilakukan penelitian yang khusus tentang dampak IUU Fishing terhadap perikanan Indonesia.


V. Daftar Pustaka / Referensi :
·         PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT   Oleh: DODY YULI PUTRA
·         BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2012
·         http://protespublik.com/kondisi-sektor-perikanan-indonesia/
·         http://protespublik.com/perlu-grand-design-perikanan/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar