TINJAUAN
SEKTOR PERIKANAN 2011-2012
makalah
nama: Tricia Margareth
nim : 27211185
Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan
jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km
(Bakosurtanal, 2006). Total luas laut Indonesia sekitar 3,544 juta km2
(Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010) atau sekitar 70% dari wilayah
Indonesia. Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah
satu sektor riil yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada
sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi
tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun,
potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar
US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per
tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi
bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi
lainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia.
Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor
perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat
dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover)
ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa :
1. Indonesia
memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun
diversitas.
2. Industri
di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya.
3. Industri
perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national
resources based industries, dan
4. Indonesia
memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan
sebagimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas,
penelitian ini melihat peran sektor perikanan dalam perekonomian dan penyerapan
tenaga kerja Indonesia dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana fitur
perikanan saat ini .
2.
Bagaimana peran
sektor perikanan ke belakang (backward
linkage) dalam perekonomian Indonesia.
3.
Bagaimana dampak
struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan
IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen).
1.3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah
ini antara lain adalah:
·
Menganalisis
fitur perikanan saat ini .
·
Menganalisis
peran sektor perikanan ke belakang (backward linkage) dalam perekonomian
Indonesia.
·
Menganalisis dampak
struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan
IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Konsep dan Definisi
1.
Berdasarkan UU 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan
perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.
2.
BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia Tahun 2009, yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan
usaha yang mencakup penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti
udang, kepiting), moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air
tawar.
Sumber daya perikanan
termasuk kepada kelompok sumber daya alam yang dapat diperbaruhi (renewable
source). Meskipun demikian dalam pemanfaatan sumber daya ini harus rasional
sebagai usaha untuk menjaga keseimbangan produksi dan kelestarian sumber daya.
Hal ini perlu adanya penegasan karena sumber daya perikanan merupakan sumber
daya milik bersama (common property resources) sehingga tidak ada
larangan bagi siapapun untuk memanfaatkannya.
Secara garis besar,
sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui penangkapan ikan (perikanan
tangkap) dan budidaya ikan.
Menurut Ningsih (2005)
sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar
yaitu: (1) sumber daya ikan demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di atau dekat
dasar perairan; (2) sumber daya ikan pelagis, yaitu jenis sumber daya ikan yang
hidup di sekitar permukaan perairan; (3) sumber daya ikan pelagis besar, yaitu
jenis ikan oceanik seperti tuna, cakalang, tenggiri dan lain-lain; (4)
sumber daya udang dan biota laut non ikan lainnya seperti kuda laut.
Sedangkan potensi
pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan pada (1) budidaya laut
terdiri dari budidaya ikan, moluska dan rumut laut; (2) budidaya air payau; (3)
air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa),
kolam air tawar dan mina padi sawah.
Melihat keadaan
sumberdaya perikanan Indonesia khususnya perikanan tangkap, telah mengalami over
fishing pada beberapa daerah dan adanya tren penurunan dari produksi perikanan
tangkap dunia, maka dalam pembangunan perikanan Indonesia kedepan lebih
memfokuskan kepada peningkatan produksi di perikanan budiaya. Hal ini terlihat
pada trilogi pembangunan perikanan Indonesia yaitu (1) kendalikan perikanan
tangkap; (2) kembangkan perikanan budidaya; (3) tingkatkan mutu dan nilai
tambah. Selain itu juga dibutuhkan kebijakan terintegrasi dan konvergen untuk
membangun ocean economic dalam 3 pilar (a) national ocean policy, (b)
national ocean economic policy, dan (c) national ocean governance.
III. ISI
3.1. Fitur Perikanan Indonesia
Indonesia adalah
negara kepulauan, 70% wilayahnya lautan. Indonesia memiliki potensi
sangat besar untuk mengembangkan industri perikanan. Indonesia termasuk tiga
besar dalam memproduksi ikan setelah China dan Peru, dengan
perbedaan angkanya masih sangat jauh. China memproduksi sekitar 14,8 juta ton
sementara Indonesia hanya 5 juta ton. Apalagi meski termasuk tiga besar dalam
produksi ikan, Indonesia tidak termasuk dalam lima besar pengekspor ikan,
bahkan kalah dibanding dengan Vietnam dan Thailand. Nilai ekspor ikan Indonesia
“hanya” sekitar US $ 2,9 juta.
Dari data tersebut sepintas sepertinya sebagian besar ikan
produksi Indonesia dikonsumsi sendiri oleh rakyat Indonesia, namun kenyataannya
tidak demikian karena konsumi makan ikan rakyat Indonesia jauh lebih rendah
dibanding negara lain di ASEAN. Hal tersebut tentunya disebabkan karena
banyaknya jumlah penduduk Indonesia. Lebih gawat lagi industri perikanan kaleng
kesulitan mencari bahan baku ikan dan terdapat banyak syarat untuk dapat
mengimpor ikan. Dari satu sisi regulasi tersebut bertujuan untuk melindungi
para nelayan tradisional, namun di lain sisi regulasi tersebut kurang adil
karena ikan dalam negeri tidak mencukupi untuk industri, impor bahan baku sulit
dan produk ikan kalengan negara lain terutama China dan Asean yang memiliki
perjanjian free trade dengan Indonesia masuk ke Indonesia
tanpa hambatan Bea Masuk . Sudah seharusnya dan selayaknya pemerintah
melindungi nelayan, peternak dan petani, namun demikian jika hanya dengan
penetapan tarif Bea Masuk dan Larangan atau pembatasan impor sesungguhnya harus
dibarengi dengan pembenahan sektor hulunya. Larangan dan batasan sering tidak
berpengaruh positif kepada nelayan, petani, peternak akan tetapi justru
berpengaruh negatif pada industri pemrosesannya.
Dari suatu diskusi tentang
perikanan terungkap bahwa permasalahan di perikanan di Indonesia bukan
hanya sekedar Peraturan Menteri (permen) akan tetapi lebih pada kebijakan
menyeluruh dari masalah perikanan, hulu ke hilir. Dari kebijakan sampai
implementasi dan pengawasannya. Diperlukan suatu Grand design pengembangan
perikanan Indonesia. Pembenahan harus dilakukan pada : Sektor Hulu
(Penangkapan ikan), Sektor Hilir (pengolahan ikan), Perbaikan infrastruktur
perikanan, Regulasi, Kelembagaan, Akses terhadap pembiayaan, dan
penguatan Pasar Dalam Negeri.
Permen Kelautan dan
Perikanan, No. 15/Men/2011 tentang beberapa persyaratan impor ikan
sebenarnya dimaksudkan untuk mendukung model kebijakan perlindungan
pada nelayan, dengan Permen tersebut maka volume ikan impor dapat diketahui
dengan pasti. Namun terdapat pasal-pasal yang kurang mendukung industri
pemrosesannya dan justru memberi peluang untuk pasar modern. Dari diskusi
terungkap bahwa pengawasan atas ikan impor masih lemah, sehingga akhirnya
terdapat penyalahgunaan kuota.
Menteri Kelautan dan Perikanan pada dasarnya sependapat bahwa
industri perikanan harus mendapatkan kemudahan impor bahan baku. Dari kliping
koran yang memuat hasil diskusi terungkap pula bahwa Menteri Kelautan dan
Perikanan sudah merencanakan Grand Design yang disebut Minapolitan
dan Megaminapolitan yang mengembangkan bersama usaha besar, menengah
maupun usaha kecil dengan pola inti-plasma.
Pengawasan atas
kebijakan tersebut juga perlu mendapat perhatian besar agar impor ikan tidak
terdistorsi, misalnya ikan impor tidak ke industri akan tetapi langsung ke
Pasar Modern. Bahkan juga disadari perlunya adanya kebijakan lain yang
mendukung pengembangan industri perikanan tersebut, seperti kebijakan
pembebasan Bea Masuk bahan baku, kebijakan pendanaan dsb. Industri
perikanan ini menyerap banyak tenaga kerja dan juga meningkatkan ekspor serta
konsumsi masyarakat. Jadi sudah selayaknya dibantu pengembangannya.
Di sisi lain pengembangan
budi daya ikan juga sangat perlu dikembangkan sehingga industri perikanan tidak
perlu impor lagi. Budidaya perikanan dengan peningkatan produksinya akan dapat
meningkatkan konsumsi ikan masyarakat baik langsung maupun melalui produk ikan
hasil industri pengolahan ikan dalam negeri.
3.2. Peran
sektor perikanan ke belakang (backward linkage) dalam perekonomian
Indonesia.
Adanya kesalahan orientasi
pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan Indonesia belum dapat
mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada. Munculnya kesadaran
untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai
motor pengerak pembangunan nasional, sebagaimana terimplementasi pada
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional, sudah merupakan suatu hal yang tepat.
Perhatikan data berikut ini .
Data
1.1. Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2009 (miliar rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009
3p&1k * 329.124,6 364.169,3 433.223,4 541.931,5
716.065,3 858.252,0
a.T. Bhn Makanan 165.558,2
181.331,6 214.346,3
265.090,9 349.795,0 418.963,9
b. Tanaman Perkebunan 49.630,9 56.433,7 63.401,4 81.664,0 105.969,3 112.522,1
c. Peternakan 40.634,7 44.202,9 51.074,7 61.325,2 82.676,4 104.040,0
d. Kehutanan 20.290 22.561,8 30.065,7 36.154,1 40.375,1 44.952,1
e. Perikanan 53.010,8 59.639,3 74.335,3 97.697,3 137.249,5 177.773,9
c. Peternakan 40.634,7 44.202,9 51.074,7 61.325,2 82.676,4 104.040,0
d. Kehutanan 20.290 22.561,8 30.065,7 36.154,1 40.375,1 44.952,1
e. Perikanan 53.010,8 59.639,3 74.335,3 97.697,3 137.249,5 177.773,9
Produk Domestik Bruto
2.295.826,2 2.774.281,1 3.339.216,8
3.950.893,2 4.951.356,7 5.613.441,7
% PDB Perikanan Terhadap :
- Kelompok Pertanian 16,11 16,38 17,16 18,3 19,18 20,71
- PDB Total 2,31 2,15 2,23 2,47 2,77 3,17
- PDB Total 2,31 2,15 2,23 2,47 2,77 3,17
*3p&1k =Pertanian,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Dapat dilihat bahwa kontribusi
sektor perikanan Indonesia terhadap PDB nasional hanya mencapai 3,17% pada
tahun 2008 tersebut masih sangat kecil
apabila dibandingkan dengan kontribusi Kelompok Pertanian yang mencapai 20,71
% .
Meski demikian, dapat dilihat
bahwa terjadi peningkatan di bidang perikanan. Berdasarkan laporan FAO Year
Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007
berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada
periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%.
Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia.
Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia
berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003
mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi
penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi
produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009.
3.3. Dampak Struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar
Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen)
Data Struktur
PDB menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I-2011, Triwulan
IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen)
Jenis
Pengeluaran 2010 2011 TRIW
I TRIW IV TRIW I 2012
1.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
56,6 54,6 55,1 55,3
55,0
2.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 9,0 9,0 6,8 11,7 7,0
3. Pembentukan Modal TetapBruto
(PMTB) 32,1 32,0 31,1 33,8
31,8
4. Perubahan
Inventori+Diskrepansi Statistik 0,6 3,0 5,1 -1,0
6,2
5. Ekspor Barang dan Jasa 24,6
26,3 25,2 26,6 24,8
6. Dikurangi Impor Barang dan
Jasa 22,9 24,9
23,3 26,4
24,8
PDB
100,0 100,0 100,0
100,0 100,0
====================================================================================================
====================================================================================================
Selanjutnya bila dibandingkan
struktur PDB menurut Pengeluaran triwulan I-2012 dengan
triwulan IV-2011, kecuali
Komponen Perubahan Inventori, seluruh komponen PDB menurut
Pengeluaran mengalami penurunan.
Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga atas dasar
harga berlaku yang mempunyai
kontribusi terbesar terhadap PDB, yaitu sebesar 55,0 persen (triwulan
I-2012), sedikit mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2011 (55,3 persen).
Demikian halnya Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB), pada triwulan
I-2012 dengan kontribusi masing-masing sebesar 7,0 persen dan 31,8
persen, juga mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang masing-masing
sebesar 11,7 persen dan 33,8
persen. Selanjutnya kontribusi Komponen Ekspor dan Impor Barang dan
Jasa pada triwulan I-2012
(masing-masing sebesar 24,8 persen 24,8 persen) juga mengalami
penurunan jika dibandingkan
dengan triwulan IV-2011, namun nilai nominal ekspor barang dan jasa
neto
(ekspor dikurangi impor) masih menunjukkan nilai positif.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan diatas , dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
peningkatan produksi
di bidang Budidaya perikanan dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, baik
langsung maupun melalui produk ikan hasil industri pengolahan ikan dalam negeri.
Selain itu, Budi daya ikan perlu dikembangkan sehingga industri perikanan tidak
perlu impor lagi.
2.
Peran sektor
perikanan dalam perekonomian Indonesia masih sangat kecil. Kontribusi sektor
perikanan Indonesia terhadap PDB nasional hanya mencapai 3,17% pada tahun
2008 .
3.
Kontribusi
terbesar dari komponen struktur PDB Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku
Triwulan I-2011, Triwulan IV-2011, dan Triwulan I-2012 (persen) adalah pada
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan kemudian diikuti oleh komponen Pembentukan
Modal TetapBruto (PMTB). Komponen Ekspor dan Impor Barang dan Jasa pada
triwulan I-2012 mengalamipenurunan jika dibandingkan dengan triwulan IV-2011,
namun nilai nominal ekspor barang dan jasa neto (ekspor dikurangi impor) masih
menunjukkan nilai positif.
4.2. Saran
1.
Dalam rangka
meningkatkan peran sektor perikanan dalam perekonomian Indonesia dapat
dilakukan dengan peningkatan dan pengembangan output sektor perikanan.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan peningkatan investasi pada sektor
perikanan terutama dalam kaitannya menyediakan sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan usaha pada sektor perikanan. Dalam usaha untuk meningkatkan
investasi pada sektor tersebut, harus diberikan berbagai kemudahan dalam
melakukan investasi seperti keringanan dalam hal pajak dan sebagainya. Hal ini
dilakukan karena sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang sering
dipandang investor sebagai sektor yang beresiko tinggi dalam melakukan
investasi.
2.
Untuk dapat
memperoleh efek yang lebih besar dalam pengembangan sektor perikanan, harus
memperhatikan sektor lainya yang ada kaitannya dengan sektor perikanan,
sehingga pengembangan sektor perikanan dapat dilakukan secara terpadu dan
berkelanjutan.
3.
Produk sektor
perikanan selama ini lebih banyak dari perikanan tangkap dari pada perikanan
budidaya, hal ini perlu dilakukan perubahan. Selain karena tren perikanan
tangkap dunia yang mulai menurun seiring dengan peningkatan kegiatan perikanan
tangkap dan terbatasnya daya dukung sumber daya perikanan tangkap dunia serta masih
banyaknya potensi perikanan budidaya yang belum dimanfaatkan, maka pengembangan
perikanan budidaya harus lebih difokuskan. Pengembangan perikanan budidaya yang
lebih bersifat intensive (modern), dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan, harus lebih ditekankan agar dapat mempercepat pertumbuhan sektor
perikanan.
4.
Perlunya
peningkatan pengawasan pengelolaan sumber daya ikan terutama yang terkait
dengan kegiatan Illegal, Unreported dan Unregulated Fishing (IUU Fishing).
Selain itu informasi terkait dengan dampak IUU Fishing secara
menyeluruh masih kurang sehingga perlu dilakukan penelitian yang khusus tentang
dampak IUU Fishing terhadap perikanan Indonesia.
V.
Daftar Pustaka / Referensi :
·
PERAN SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI
INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT Oleh:
DODY YULI PUTRA
·
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2012
·
http://protespublik.com/kondisi-sektor-perikanan-indonesia/
·
http://protespublik.com/perlu-grand-design-perikanan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar