Kemacetan dan
Transportasi
Kemacetan di
Jakarta sudah lumrah bagi warga Jakarta . Namun anehnya , kemacetan juga
terjadi di jalan tol . Bukankah jalan tol identik dengan jalan bebas hambatan ?
Lantas, mengapa antrian kendaraan tampak terlihat ?
Tarif Tol yang terus meninggi dan
kondisi lalu lintas Tol sangat tidak sesuai . Pemerintah tentu tidak tinggal
diam . Penambahan jalan tol terus dilakukan . Namun efektifkah solusi tersebut ?
Sebelum member tanggpan ada
baiknya kita membaca kutipan berita terlebih dahulu . Berikut kutipan berita dari detiknews.com .
Pemprov DKI Jakarta siap
membangun 6 ruas jalan tol susun mulai 2011 . Proyek triliunan itu diprediksi
tidak akan mengatasi kemacetan Jakarta.
Pembangunan 6 ruas tol
tersebut akan menelan dana sebesar Rp 40 triliun lebih dengan rincian, Tol
Semanan-Sunter sepanjang 17,8 km dengan anggaran Rp 9,7 triliun. Tol
Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 km, anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 7,3
triliun.
Tol Duri Pulo-Kampung Melayu
sepanjang 11,3 km anggarannya Rp 5,9 triliun. Kemayoran-Kampung Melayu
sepanjang 9,6 km dengan anggaran Rp 6,9 triliun.
Tol Ulujami-Tanah Abang
sepanjang 8,27 km dengan anggaran Rp 4,2 triliun. Dan Tol Pasar
Minggu-Casablanca sepanjang 9,5 Km dengan dana Rp 5,7 triliun.
Pengamat transportasi Agus
Pambagio tidak setuju karena menurutnya hanya memindahkan tempat parkir ke
jalan tol saja. Mungkin satu dua bulan tidak macet, tapi kemudian akan macet lagi, karena tol-tol itu
tidak menyambung. Namun bila tetap
memaksa dilakukan , sebaiknya JORR (Jakarta Outer Ring Road) 1 dan JORR 2 harus
disambung terlebih dahulu, jadi tidak akan hanya memindahkan tempat parkir ke
jalan tol saja .
Agus Pambagio: Prioritaskan
Transportasi Publik Dulu, Baru Bangun 6 Jalan Tol dengan perubahan
Demikian dapat disimpulkan , menambah jalan bukan
merupakan solusi yang tepat
mengatasi kemacetan karena :
·
Meski
terus menerus memperlebar jalan , tidak ada gunanya bila sebagian besar masyarakat tetap menggunakan kendaraan pribadi.
·
Selain itu, industri otomotif akan semakin gencar menawarkan
produknya dan akhirnya jumlah kendaraan akan makin bertambah dan bertambah pula kemacetan di
Jakarta.
Solusi
yang tepat ialah Pemprov DKI Jakarta seharusnya memrioritaskan pembenahan transportasi
publik karena dana yang dibutuhkan tidak jauh berbeda dari rencana jalan tol
itu. Transportasi
publik yang dimaksud salah satunya adalah MRT .
Transportasi publik yang nyaman , efisien dan terakses ke segala arah
MRT
adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harafiah berarti angkutan
yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Beberapa
bentuk dari MRT antara lain:
• Berdasarkan jenis fisik : BRT (Bus Rapid Transit), Light Rail Transit (LRT) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini
• Berdasarkan Area Pelayanan : Metro yaitu heavy rail transit dalam kota dan Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke daerah penyangga (sub-urban).
Jenis yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta adalah MRT berbasis rel jenis Heavy Rail Transit.
• Berdasarkan jenis fisik : BRT (Bus Rapid Transit), Light Rail Transit (LRT) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini
• Berdasarkan Area Pelayanan : Metro yaitu heavy rail transit dalam kota dan Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke daerah penyangga (sub-urban).
Jenis yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta adalah MRT berbasis rel jenis Heavy Rail Transit.
Mengapa MRT Perlu Dibangun Di Jakarta?
• Perkiraan Jakarta macet total : Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta
kurang dari 1 persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih
kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI
Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan
bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet
total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II)
• Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan
hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang
meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara
berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada
perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian
ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun.
• Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen
dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga
tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan.
Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan
angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif
solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan.
Bagaimana menanggulangi kemacetan yang mungkin terjadi pada saat proses
konstruksi fisik/pembangunan?
Dengan didampingi kontraktor, konsultan, expert specialist, perencana
kota, ekonomis , traffic planner, traffic engineer, dll yang memiliki
pengalaman membangun sistem MRT di berbagai kota besar dunia lainnya, PT MRT
Jakarta bersama Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta bertanggungjawab untuk
mengendalikan dampak kemacetan yang mungkin timbul akibat adanya pembangunan
MRT di sejumlah ruas jalan. Beberapa
upaya yang rencananya akan dilakukan antara lain adalah : pelebaran ruas jalan
sepanjang rute MRT Jakarta, pelebaran ruas jalan alternatif, mengurangi konflik
lalu –lintas pada simpang, penertiban hambatan samping, pengalihan arus melalui
penutupan jalan dan penempatan petugas.
Saat ini, tarif masih dalam kajian. Tarif ini akan mempertimbangkan
dengan daya beli masyarakat (ability to pay) dan kemauan membayar masyarakat
(willingness to pay). Kajian-kajian awal
yang dilakukan sempat ada perhitungan antara Rp 8 ribu hingga Rp 12 ribu.
Namun, penetapan tarif sebesar itu belum final. akan ada pembahasan lebih
lanjut dan ditentukan dalam sebuah
peraturan.
Perencanaan dan Pembangunan MRT
Pada
tanggal 25 April 2012 yang lalu, Gubenur DKI Jakarta telah mencanangkan
dimulainya pembangunan MRT Jakarta.
Sistem MRT direncanakan akan dibangun dan dioperasikan dalam tiga tahap :
1. Tahap 1, Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 15,2 Km yang dengan target operasi Tahun akhir 2016
2. Tahap 2, Bundaran HI-Kampung Bandan 8,1 Km dengan target operasi April 2018
3. Tahap berikutnya Koridor Timur-Barat sepanjang 87 Km saat ini dalam studi kelayakan
Sistem MRT direncanakan akan dibangun dan dioperasikan dalam tiga tahap :
1. Tahap 1, Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 15,2 Km yang dengan target operasi Tahun akhir 2016
2. Tahap 2, Bundaran HI-Kampung Bandan 8,1 Km dengan target operasi April 2018
3. Tahap berikutnya Koridor Timur-Barat sepanjang 87 Km saat ini dalam studi kelayakan
Sistem
MRT ini akan terintegrasi dengan Sistem KA Jabodetabek sehingga sistem angkutan
masal berbasis jalan rel akan mencapai hasil yang optimum
Dari
beberapa jenis angkutan masal, antara lain : Bus Rapid Transit, Light Rail
Transit, Monorail, MRT diklasifikasikan sebagai moda angkutan masal heavy rail
transit. Jenis ini memiliki kapasitas angkut yang terbesar dibanding jenis
lainnya, sehingga pada awal operasinya untuk Tahap 1, Lebak Bulus-Bunderan
HI saja MRT akan mampu mengangkut 412.000 orang per hari. Mass
Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel ini rencananya akan membentang kurang lebih
±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus -
Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat
sepanjang kurang lebih ±87 km.
• Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
- Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
- Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018 (dipercepat dari 2020). Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027
• Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
- Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
- Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018 (dipercepat dari 2020). Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027
Waktu
tempuh untuk Lebak Bulus-Bunderan HI dan sebaliknya kurang lebih akan ditempuh
dalam waktu 30 menit pada jam sibuk dan Lebak Bulus-Kampung Bandan dan
sebaliknya akan ditempuh dalam 51 menit. Ini waktu tempuh yang luar biasa
mengingat pada saat ini Lebak Bulus-Bunderan HI memerlukan waktu tempuh 90-120
menit.
Sebagian
jalur MRT nantinya merupakan jalur rel di bawah tanah antara Bunderan Senayan
sampai Bunderan HI sehingga tidak mengganggu pemandangan dan menimbulkan
kemacetan lain. Sebagian lainnya dari Lebak Bulus sampai Sisingamangaradja
berupa jalur layang sehingga tidak ada perlintasan sebidang dengan jalan
raya
Manfaat
sistem MRT
Pengoperasian sistem MRT memiliki manfat
manfaat sebagai berikut :
·
Manfaat
langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan
kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan
masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi massal.
·
Selain
itu, MRT juga memberikan kontribusi dalam meningkatan kapasitas transportasi
publik. Kapasitas angkut MRT (Lebak Bulus ke Bundaran HI) diharapkan mencapai
sekitar 412 ribu penumpang per hari (tahun ketiga operasi dengan TOD dan TDM).
·
Stasiun
MRT akan titik baru pertumbuhan aktifitas ekonomi. Karena setiap stasiun akan
dihubungkan dengan aktifitas publik, perkantoran dan pusat komersial .
Pembangunan MRT Jakarta juga
diharapkan mampu memberi dampak positif antara lain:
·
Penciptaan
lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT Jakarta diharapkan dapat
menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru
·
Penurunan
waktu tempuh & meningkatkan mobilitas: Waktu tempuh antara Lebak Bulus
sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30
menit, sedangkan dari Lebak Bulus sampai Kampung Bandan target waktu tempuh
sekitar 52.5 menit. Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas
warga Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak
kepada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan kualitas
hidup warga kota
·
Terjadinya
pertumbuhan usaha di bidang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di DKI Jakarta.
Sebab di sepanjang stasiun MRT akan dibangun usaha atau took berbagai produk
yang ditawarkan .
·
Dampak
lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan
dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT
System 2005)
·
Transit -
Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk
merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak
langsung kepada peningkatan jumlah penumpang MRT Jakarta
Pengaturan jadwal keberangkatan MRT
Diproyeksikan jadwal operasi MRT Jakarta dari jam 05.00 pagi sampai jam 24.00 malam. Waktu tunggu atau headway MRT Jakarta nantinya adalah setiap 5 menit (pada tahun pertama operasi). Diharapkan tahun-tahun berikutnya headway ini dapat dipersingkat menjadi setiap 4 atau 3 menit.
Untuk penjadwalan operasi ini akan ditulis dalam grafik perjalanan MRT Jakarta yang harus dipatuhi dan MRT Jakarta akan menggunakan sistem kontrol terpadu yang mengatur ketepatan jadwal operasi MRT Jakarta.
Diproyeksikan jadwal operasi MRT Jakarta dari jam 05.00 pagi sampai jam 24.00 malam. Waktu tunggu atau headway MRT Jakarta nantinya adalah setiap 5 menit (pada tahun pertama operasi). Diharapkan tahun-tahun berikutnya headway ini dapat dipersingkat menjadi setiap 4 atau 3 menit.
Untuk penjadwalan operasi ini akan ditulis dalam grafik perjalanan MRT Jakarta yang harus dipatuhi dan MRT Jakarta akan menggunakan sistem kontrol terpadu yang mengatur ketepatan jadwal operasi MRT Jakarta.
Sosialisasi MRT
MRT bagi publik akan melegakan dan selayaknya Proyek MRT terus memberikan informasi dan sosialisasi yang baik kepada publik karena pada proses pembangunannya tentu menimbulkan gangguan yang luar biasa kepada pelayanan publik seperti memperlebar jalan sekitar proyek, membuat rute alternatif, pengaturan ulang jalur dan sebagainya.
MRT bagi publik akan melegakan dan selayaknya Proyek MRT terus memberikan informasi dan sosialisasi yang baik kepada publik karena pada proses pembangunannya tentu menimbulkan gangguan yang luar biasa kepada pelayanan publik seperti memperlebar jalan sekitar proyek, membuat rute alternatif, pengaturan ulang jalur dan sebagainya.
Sosialisasi perlu dilakukan agar publik menyadari
bahwa dampak tersebut pengorbanan yang layak untuk mendapat kenyamanan yang
akan datang setelah MRT beroperasi. MRT diharapkan :
·
dapat
memberikan solusi atas kemacetan Jakarta .
·
mengurangi
kerugian yang timbul sebagai akibat kehilangan waktu produktif, kerusakan
lingkungan secara signifikan dengan pengoperasian MRT.
Operator MRT
·
Operator
MRT dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan pembangunan sistem MRT adalah PT
MRT Jakarta yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan saham 99,5%
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 0,5% lainnya dimiliki oleh PD
Pasar Jaya sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008.
·
MRT
berada di bawah kebijakan dan arahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sehingga diharapkan tidak ada dualisme antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta di dalam kebijakan dan arahan atas pengoperasian MRT.
·
Sebagai
BUMD, seluruh pendapatan, biaya dan investasi MRT akan dipertanggungjawabkan
oleh PT MRT Jakarta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
·
Demikian
juga hal nya dengan pengembangan dan pengelolaan bisnis dan properti di sekitar
setasiun MRT. Pengelolaan bisnis dan properti ini sangat penting mengingat pada
umumnya pengusahaan angkutan urban selalu harus mendapatkan Public Service
Obligation (PSO) ataupun subsidi dari Pemerintah.
·
Pengembangan hasil usaha dari properti dan
komersialisasi area sekitar stasiun akan memberikan sumbangan pendapatan yang
sangat berarti di luar pendapatan dari tiket.
·
Kesuksesan
pengembangan properti dan komersialisasi stasiun tentu akan dapat mengurangi
PSO, subsidi atau menambah dana untuk pengembangan sistem MRT Jakarta .
Referensi / Daftar Pustaka :